Septi, seorang petani belimbing dari Sleman, Yogyakarta, membuktikan bahwa keberhasilan datang dari kerja keras, ketelatenan, dan komitmen terhadap kualitas.
Melalui perkebunan yang diberi nama Star Garden, Septi berhasil mengembangkan budidaya belimbing Bangkok Merah hingga dapat menentukan harga jualnya sendiri, dengan permintaan pasar yang terus meningkat.
Berawal dari dua pohon belimbing di pekarangan rumah yang ditanam secara iseng, dirinya kini mengelola sekitar 130 pohon.
Ia belajar secara otodidak, bahkan memulai usahanya tanpa modal, hanya bermodalkan biji dari buah belimbing yang dipanen sebelumnya.
Ketekunannya dalam mempelajari teknik okulasi, pemupukan, dan perawatan menghasilkan produk belimbing berkualitas tinggi.
Pada awal perjalanan, usahanya sempat diremehkan, termasuk oleh keluarganya sendiri.
Namun, dengan prinsip “ilmu titen” (mengamati, memahami, dan memperbaiki), ia membuktikan bahwa belimbing Bangkok Merah dapat menjadi komoditas yang menguntungkan.
Kini, harga belimbingnya telah meningkat dari Rp3.000 per kilogram pada tahun 2013 menjadi hingga Rp31.000 per kilogram di tahun 2024, bahkan reseller dapat menjualnya dengan harga lebih tinggi.
Belimbing Bangkok Merah ini memiliki keistimewaan, seperti berbuah sepanjang tahun tanpa musim, rasa manis segar, dan aroma harum yang khas.
Septi juga memastikan perawatannya tetap alami tanpa menggunakan hormon atau booster berlebihan.
Ia menekankan pentingnya disiplin petani dalam perawatan, termasuk penyiraman, pemupukan, pengendalian hama, hingga pembungkusan buah untuk melindunginya dari lalat buah.
“Prinsip saya sederhana, petani harus memegang kualitas. Dengan kualitas, kita bisa bertahan dan menjadi nomor satu. Prospek belimbing ini luar biasa karena pohon bisa produktif hingga 50 tahun, bahkan menjadi warisan untuk anak cucu,” ujar Septi.
#bisnis #bertani #inspiratif