Saat susu dingin dituang ke dalam teh panas, hal itu menyebabkan pendinginan seketika, yang membuat minuman lebih nikmat untuk diminum segera setelah disiapkan. Lebih jauh lagi, kejutan termal ini mengubah rasa teh, melembutkan rasa pahit dan sepatnya, terutama pada teh hitam, yang mengandung tanin, senyawa yang bertanggung jawab atas rasa kuat ini. Susu, dengan proteinnya seperti kasein, berinteraksi dengan tanin ini, mengurangi intensitasnya dan memberikan rasa yang lebih seimbang dan lembut.

Proses ini juga mengubah tekstur minuman, memberinya tekstur lembut yang membuat teh lebih lembut dan berbobot. Pada saat yang sama, susu dingin dan teh panas menciptakan tontonan yang mempesona secara visual. Ketika kedua cairan bercampur, pusaran warna terbentuk, akibat perbedaan kepadatan antara cairan dan konveksi termal. Gerakan ini adalah salah satu aspek yang paling menarik dari kombinasi ini, mengubah gerakan sederhana mencampur dua bahan menjadi pengalaman yang hampir menghipnotis.

Urutan pencampuran susu dan teh juga merupakan detail yang menarik. Di masa lampau, khususnya pada abad ke-17, merupakan hal yang umum untuk menuangkan susu terlebih dahulu ke dalam cangkir, guna mencegah porselen halus pada cangkir pecah akibat kejutan termal yang disebabkan oleh teh panas. Saat ini, banyak orang lebih suka menuangkan teh terlebih dahulu, karena cara ini lebih bisa mengontrol jumlah susu, dan mencegah minuman menjadi terlalu encer.

Meski kombinasi ini mungkin sederhana, efek dari mencampur susu dingin dengan teh panas merupakan demonstrasi bagaimana sains dan memasak bersatu untuk mengubah minuman biasa menjadi pengalaman sensoris yang kaya dan lezat. Rasa yang lembut, tekstur lembut dan tontonan visual yang dihasilkan dari pencampuran cairan menjadikan praktik ini sebuah tradisi yang terus menyenangkan orang-orang di seluruh dunia.