× -bahasa-

×

view_list1.png Artikel     view_masonry.png Galeri     view_list2.png Video    
×
  • url:
×
×
×
7 0 0 0 0 0
7
   ic_mode_dark.png

BEGINI CARA RASULULLAH MENGHADAPI FITNAH

Fitnah adalah salah satu ujian berat yang bisa menimpa siapa saja. Dalam konteks Islam, fitnah seringkali berupa ucapan atau berita bohong yang bertujuan merusak reputasi seseorang. Dua unsur utama dalam fitnah adalah ghibah dan namimah. Ghibah adalah membicarakan orang lain di belakang mereka, sedangkan namimah adalah memperkeruh hubungan antara individu. Allah SWT mengingatkan kita dalam Surah Al-Hujurat:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.” (QS. Al-Hujurat: 12).
Pada suatu perjalanan pulang dari perang, rombongan Rasulullah SAW berhenti di Wadi al-Qura. Siti Aisyah radhiyallahu anha tidak sengaja tertinggal saat perjalanan dilanjutkan. Sahabat Rasulullah, Safwan bin Al-Mu’aththal As-Sulami, menemukan Aisyah dan membawanya kembali ke Madinah dengan selamat. Namun, berita tentang kejadian ini menjadi bahan fitnah oleh sebagian kaum munafik.


Bayangkan betapa beratnya bagi Siti Aisyah, yang tiba-tiba harus menghadapi tuduhan selingkuh yang tersebar luas. Rasulullah SAW, yang sangat mencintai Aisyah, merasa sangat terpukul. Namun, beliau memilih untuk tidak langsung bereaksi, melainkan menunggu kebenaran muncul. Aisyah pun merasa kebingungan. Jika ia membela diri, banyak orang mungkin tetap tidak percaya karena fitnah sudah terlanjur menyebar.


Namun, Allah SWT memberikan jawaban melalui wahyu dalam Surah An-Nur ayat 11:
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya.” (QS. An-Nur: 11).
Dari kisah ini, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa kita ambil:
Sabar dan Diam: Ketika menghadapi fitnah, bersikap sabar dan diam bisa menjadi pilihan bijak. Ini bukan tanda kelemahan, tetapi cara untuk menghindari konflik lebih lanjut dan menjaga kedamaian.


Menunggu Kebenaran: Rasulullah SAW menunjukkan kepada kita pentingnya menunggu kebenaran dan tidak langsung bereaksi terhadap tuduhan yang tidak berdasar.
Mempertahankan Kehormatan: Dalam menghadapi fitnah, menjaga kehormatan diri dan tidak terjebak dalam perang kata-kata adalah langkah yang cerdas.


Jadi, ketika kita atau orang terdekat kita menghadapi fitnah, mari kita ingat kisah Siti Aisyah dan Rasulullah SAW. Dengan bersabar, diam, dan menunggu kebenaran, kita bisa menghadapi ujian ini dengan penuh hikmah. Semoga kita semua dapat belajar dari teladan ini dan menjauhi fitnah. Wallahu alam.

❮ sebelumnya
selanjutnya ❯
Artikelinfodunia
+
<<
login/register to comment
×
  • ic_write_new.png expos
  • ic_share.png rexpos
  • ic_order.png urutan
  • sound.png malsa
  • view_list2.png listHD
  • ic_mode_dark.png night
× rexpos
    ic_posgar2.png tg.png wa.png link.png
  • url:
× urutan
ic_write_new.png ic_share.png ic_order.png sound.png view_list2.png ic_mode_dark.png ic_other.png
+