Hal-Hal Yang Menjerumuskan Ke Dalam Hutang

Hal-hal kecil yang TANPA KITA SADARI menjerumuskan kita ke dalam hutang :

1. "Bro, lagi dinas luar kota, ya? Titip 'Anu', ya, ntar balik gue ganti."

Barang diantar ke rumah, pas kebetulan yang pesan gak ada. Barang sudah diterima sama orang rumah, tetapi yang pesan lupa bayar.

2. "Lu jual 'ini', ya? Kirim, ya, nanti kalo gue turun ke kota gue transfer."

Bolak-balik turun kota, bolak-balik ke ATM lupa terus mau transfer.

3. Lagi main bareng sama teman-teman di mall. Antrian di kasir panjang. Kebetulan si teman sudah berada di antrian depan.
"Jeng, titip satu, ya. Bayarin dulu nanti aku ganti. Aku tunggu di luar, ya."

Titip barang tanpa uang untuk membayar. Sampai di luar mall barangnya diminta uangnya lupa dikasih.

4. "Eh, tadi titipanku berapa duit, ya? Yah..., gak da uang kecil, nih... Nanti aja, ya."

Begitu kecilnya uang yang harus dibayar sampai berhari-hari bertemu bahkan bertahun-tahun titipan belum dibayar-bayar.

5. Rencana ada reuni alumni kawan sekolah.
"Bro, uang konsumsi besok talangin dulu, ya. Belum sempat mau transfer. Besok reuni gue ganti."

Saat acara keasyikan ngobrol, kelupaan sampai pulang uang konsumsi tidak dibayar.

6. Di acara komunitas.
"Bayar uang kaos, ni." Menyodorkan uang selembar seratus ribuan.

Harga kaus hanya delapan puluh ribu. Panitia memberikan kaus tanpa kembalian.
Penyetor tidak enak hati minta kembalian, penerima setoran gambling, kalau ditagih dibayar kalau tidak ditagih berarti dia gak butuh! Hahay!

7. "Dik, uang THR adik Ibu pinjam dulu, ya. Adik masih kecil kata Bu Guru gak boleh pegang uang banyak-banyak."

Yes, Anak memang masih kecil belum tahu uang. Namun, milik anak tetap hak anak. Jika akadnya meminjam, maka ingat untuk dikembalikan.

8. "Nanti, kalau proyek jalan aku janji traktir makan, ya."

Janji juga hutang, Gaes! Jangan sampai proyek sudah kelar, tetapi janji belum ditepati.

"Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya."
(SQ. Al-Isra’: 34)

“Barangsiapa yang tidak menepati janji seorang muslim, maka dia mendapat laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya taubat dan tebusan.”
(HR. Bukhari, 1870 dan Muslim, 1370)

======

Ini adalah hal-hal yang tidak disengaja atau mungkin kurang kita sadari.

Apalagi yang sengaja?

"Pinjam duit, ya. Bulan depan aku ganti."
Bulan sudah berganti tahun. Pemberi utang tidak enak menagih atau merasa belum butuh.
Sementara yang berutang, "Ah, dia orang kaya. Duit segini mah gak dibayar juga gak bakal buat dia miskin! Palingan juga nanti diIkhlasin!"

Ancaman utang yang TIDAK DILUNASI

1. Dosa Mendzalimi Sesama.

“Menunda-nunda membayar utang bagi orang yang mampu (membayar) adalah kedzaliman.”
(HR Bukhari)

2. Mati Berstatus Sebagai Pencuri.

"Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.”
(HR. Ibnu Majah no. 2410. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih)

3. Dikurangi Pahala Amalnya.

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.”
(HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)

4. Rohnya tertahan masuk surga.

“Jiwa seorang mukmin tergantung karena utangnya, sampai (utang itu) dilunasi.”
(HR. Turmudzi 1078, Ibnu Majah 2413, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Naudzubillah min dzalik