× -bahasa-

×

view_list1.png Artikel     view_masonry.png Galeri     view_list2.png Video    
×
  • url:
×
×
×
6 0 0 0 0 0
6
   ic_mode_light.png

Dua Juta Tahun Lalu, Manusia Makan Burung Raksasa Seberat 453 Kilogram

Ketika manusia purba pertama kali tiba di Eropa, mereka mungkin hidup berdampingan dengan burung terbesar yang berjalan di Bumi yakni makhluk mirip burung unta dengan dan berat 453 kg dan tinggi 3,3 meter.

Dikutip dari News Week, burung burung raksasa di zaman purba selama ini dianggap hanya hidup terbatas di daratan Madagaskar, Selandia Baru, dan Australia yang jauh.

Spesies terbesar yang diketahui adalah burung gajah, yang hidup menjelang akhir periode Kuarter (sekitar 2,5 juta hingga 11.700 tahun yang lalu). Makhluk ini diperkirakan memiliki massa tubuh hingga 680 kilogram. Sebagai perbandingan, burung unta biasa memiliki berat sekitar 136 kg.

"Burung fosil dengan ukuran raksasa yang mengesankan belum pernah didokumentasikan dari Eropa atau Belahan Bumi Utara pada umumnya," para ilmuwan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia mencatat dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam Journal of Vertebrate Palaeontology.

Namun, penggalian di Gua Taurida di Semenanjung Krimea mengarah pada penemuan spesies burung yang sangat besar. Spesies ini bukanlah hal baru. Sebelumnya telah diidentifikasi dari fosil yang ditemukan di situs-situs di Eropa Timur. Tetapi sampai sekarang tidak jelas kapan ia hidup atau apakah manusia purba akan melakukan kontak dengannya.

Para ilmuwan mengatakan burung itu, bernama Pachystruthio dmanisensis, kemungkinan adalah makhluk yang tidak bisa terbang. Tulang pahanya, yang panjang dan tipis, menunjukkan bahwa ia adalah pelari yang cepat. Setelah menganalisis tulang, tim mengatakan berat Pachystruthio hampir setara dengan beruang kutub.


Eric Buffetaut/RESEARCH GATE


Perbandingan femur MNHN-NIH008 dengan femora lain dari burung unta Pleistosen. (A) Tulang paha Struthio anderssoni, dari Zhoukoudian di Tiongkok. (B) Tulang paha Pachystruthio dmanisensis di Georgia. (C) Tulang paha Pachystruthio lih. dmanisensis dari Georgia. (D) Tulang paha Struthio oldawayi, dari Olduvai di Tanzania. (E) tulang paha burung unta raksasa (Pachystruthio indet.) dari Pleistosen Bawah Cekungan Nihewan, Tiongkok utara. (F) Tulang paha Pachystruthio lih. dmanisensis, dari Gua Taurida di Crimea. Sumber: A Giant Ostrich from the Lower Pleistocene Nihewan Formation of North China, with a Review of the Fossil Ostriches of China.


Perbandingan femur MNHN-NIH008 dengan femora lain dari burung unta Pleistosen. (A) Tulang paha Struthio anderssoni, dari Zhoukoudian di Tiongkok. (B) Tulang paha Pachystruthio dmanisensis di Georgia. (C) Tulang paha Pachystruthio lih. dmanisensis dari Georgia. (D) Tulang paha Struthio oldawayi, dari Olduvai di Tanzania. (E) tulang paha burung unta raksasa (Pachystruthio indet.) dari Pleistosen Bawah Cekungan Nihewan, Tiongkok utara. (F) Tulang paha Pachystruthio lih. dmanisensis, dari Gua Taurida di Crimea. Sumber: A Giant Ostrich from the Lower Pleistocene Nihewan Formation of North China, with a Review of the Fossil Ostriches of China.

Pachystruthio ditemukan bersama tulang bison purba dan fosil lainnya, memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan usianya antara 1,5 dan dua juta tahun yang lalu. Ini sebanding dengan usia situs arkeologi terdekat yang dianggap sebagai bukti awal hominin di luar Afrika.

Akibatnya, para peneliti percaya burung-burung besar ini akan menjadi bagian dari lanskap pada saat nenek moyang kita tiba. "Burung besar ini mungkin menjadi sumber daging, tulang, bulu, dan kulit telur bagi populasi hominin awal," tulis para ilmuwan.
Grafis: Heri Cahyadi/National Geographic Indonesia

Nikita Zelenkov, penulis utama studi tersebut, mengatakan bahwa belum memiliki bukti mengenai interaksi lebih lanjut dengan manusia purba, tetapi jenis apa pun dari mereka pasti ada. Dia berpikir bahwa Pachystruthio adalah hewan yang tak berbahaya. Hanya saja kemampuan berlarinya kemungkinan besar memang untuk menghindar dari pemangsa.

Terlebih hewan lain yang hidup di wilayah tersebut pada waktu yang sama dengan Pachystruthio termasuk cheetah raksasa, hyena raksasa, dan kucing bertaring tajam. Kemampuannya untuk berlari kemungkinan merupakan kunci untuk kelangsungan hidupnya.

Mereka saat ini tidak tahu spesies burung mana yang paling dekat hubungannya dengan Pachystruthio. Penggalian terus berlanjut di situs gua tempat ditemukannya. Zelenkov berharap dapat menggali lebih banyak tulang untuk lebih memahami spesies tersebut.


Sumber: National Geographic Indonesia

❮ sebelumnya
selanjutnya ❯
ArtikelinfoduniaFlora dan FaunaFakta UnikViralWowDiskusi
+
<<
login/register to comment
×
  • ic_write_new.png expos
  • ic_share.png rexpos
  • ic_order.png urutan
  • sound.png malsa
  • view_list2.png listHD
  • ic_mode_light.png light
× rexpos
    ic_posgar2.png tg.png wa.png link.png
  • url:
× urutan
ic_write_new.png ic_share.png ic_order.png sound.png view_list2.png ic_mode_light.png ic_other.png
+