× -bahasa-

×

view_list1.png Portall   view_list1.png Artikel   view_masonry.png Galeri   view_grid.png Cerita   view_list2.png Video  
×
  • url:
×
×
×
7 0 0 0 0 0
7
   ic_mode_light.png

Darimanakah Buah Semangka Berasal?

Semangka adalah makanan favorit kala musim kemarau tiba karena rasanya yang manis dan menyegarkan. Tapi, pernahkah kamu bertanya dari mana buah semangka ini berasal? Apakah memang rasanya sudah manis sejak pertama kali ditemukan?


Yang pasti, buah pelepas dahaga ini tidak berasal dari Bulan Sabit Subur, di Mesopotamia, seperti tanamanan budidaya lainnya. Bulan Sabit Subur atau Hilal Subur adalah sebuah kawasan berbentuk bulan sabit yang mengandung tanah basah dan subur di antara tanah gersang atau semigersang di Asia Barat dan Lembah Sungai Nil serta delta Sungai Nil di Afrika Timur.


Untuk mengetahuinya, Susanne Renner, ahli botani di Ludwig Maximilian University of Munich di Jerman, bersama rekannya melakukan pengurutan genetik dari buah semangka budidaya (Citrullus lanatus)--jenis yang banyak diperjualbelikan--dan enam spesies semangka liar lainnya.


"Kami menemukan genom modern dari semangka budidaya lebih dekat hubungannya dengan jenis liar Sudan daripada yang lain yang kami analisis," kata Renner kepada Live Science. “Semangka liar Sudan memiliki beberapa perbedaan mencolok dengan versi budidaya. Dagingnya putih dan tidak terlalu manis, dan biasanya digunakan sebagai pakan ternak.”


Diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, kendati demikian, kesamaan genetik antara kedua spesies membuat para peneliti menyimpulkan bahwa buah Sudan kemungkinan adalah buah pendahulu dari semangka merah.


Tampaknya para petani purba membudidayakan varian semangka liar yang tidak pahit dan secara selektif mereka membuat semangka itu menjadi lebih manis. Warna merah mungkin berkat seleksi buatan, di mana petani cenderung menyukai dan membudidayakan buah merah secara selektif.


Belum jelas kapan ini terjadi dan peradaban mana yang bertanggung jawab atas budidaya awal semangka manis tersebut. Tapi Renner menduga, berdasarkan lokasi geografis, buah Sudan bisa jadi adalah kerabat dekat semangka modern.
“Kita sudah tahu bahwa raja Mesir kuno Tutankhamun dimakamkan dengan biji semangka 3.300 tahun lalu, namun ini tidak cukup membuktikan semangka manis yang dibudidayakan” kata Renner.


Renner akhirnya menemukan petunjuk penting, yakni lukisan gambar menyerupai buah semangka di makam Mesir Kuno yang diperkirakan berusia lebih dari 4.300 tahun.


"Gambar itu awalnya diterbitkan pada tahun 1912, tetapi sebelumnya tidak ada yang menafsirkannya sebagai semangka," kata Renner. “Di makam terpisah, gambar lain menunjukkan semangka dipotong di atas nampan bersama buah-buahan manis lainnya, seperti anggur.”



Lukisan seperti semangka di makam kuno Saqqara. Susanne/Proceedings of the National Academy of Sciences Foto: Susanne/Proceedings of the National Academy of Sciences


Adanya lukisan tersebut serta temuan genetik yang dijabarkan Renner mulai membuka petunjuk tentang kemungkinan lukisan itu adalah gambaran orang Mesir kuno dalam menikmati semangka manis. Pada gilirannya, ini menunjukkan bahwa semangka kemungkinan dibudidayakan sekitar waktu tersebut di Mesir atau diperdagangkan antar kerajaan kuno.


"Orang Nubia kuno yang tinggal di Sudan modern sering diabaikan demi orang Mesir," kata Renner. "Bisa jadi orang Nubian kuno yang membudidayakannya dan menjualnya ke orang Mesir kuno atau bisa juga sebaliknya, namun yang pasti wilayah inilah semangka pertama kali dibudidayakan dan orang Mesir kuno menikmatinya."


Menurut Hanno Schaefer, profesor keanekaragaman hayati tanaman di Technical University of Munich, secara historis ini adalah penemuan yang sangat relevan.
"Ini menjadi lebih jelas bahwa kita telah banyak mengabaikan wilayah Afrika Utara. Kita terlalu fokus pada Bulan Sabit Subur di mana biji-bijian dan kacang-kacangan (biji legum yang dapat dimakan) berasal, tetapi kita perlu menginvestasikan lebih banyak sumber daya untuk mempelajari pertanian. Afrika Utara dan menambahkan temuan itu ke bukti arkeologis," katanya.


Renner mengatakan, mengetahui lebih banyak DNA semangka liar dapat membantu budidaya mengambil varian gen yang bermanfaat dan menanamkannya ke tanaman modern tanpa mengorbankan rasa manis dan warna merah semangka, yang telah lama diperoleh melalui pembiakan selektif.

❮ PREVIOUS
NEXT ❯
ArtikelinfoduniaSejarahCeritaCerbungCerpenInformasi MenarikFakta UnikWowViralKuliner
+
×
  • ic_write_new.png expos
  • ic_share.png rexpos
  • ic_order.png urutan
  • sound.png malsa
  • view_list2.png listHD
  • ic_mode_light.png light
× rexpos
    ic_posgar2.png tg.png wa.png link.png
  • url:
× urutan
ic_write_new.png ic_share.png ic_order.png sound.png view_list2.png ic_mode_light.png ic_other.png
+